Valentino Rossi yang terkenal dengan VR|46 merupakan salah satu contoh yang baik kedekatan orang tua dan anak yang berhasil. Valentino Rossi terlahir dari orang tua yang dekat dengan dunia balap. DNA Rossi memang DNA balap, ditambah dengan kecintaan kedua orang tuanya di bidang balap, maka sejak dini Rossi sudah difasilitasi untuk mengeksplorasi skill nya di dunia balap, hingga dia menjelma menjadi sosok VR|46 yang kita kenal sampai saat ini.
Saya mengangkat kisah VR|46 sebagai contoh yang baik kedekatan anak dan orang tua dengan maksud orang tua sedini mungkin dapat mengetahui DNA anak di bidang apa dan mengarahkan (fokus) ke sana. Alangkah bijaksananya kalau orang tua dan pihak lain tidak aneh-aneh memaksakan pembelajaran yang tidak ada sangkut pautnya dengan bakat dan kemampuan anak.
Menurut saya pendidikan yang tidak fokus pada minat, bakat dan kebahagiaan anak hanyalah pendidikan yang rugi. Rugi karena hanya boros waktu dan aset, namun tidak meningkatkan kemampuan anak yang maching dengan DNA, minat, dan favoritnya. Ini merupakan bentuk kerugian terselubung bagi anak terutama, dan tentunya bagi orang tua.
Bayangkan apabila anak kita yang sudah jatuh cinta pada dunia kuliner harus mempelajari Kimia (stoikiometri, buffer), Biologi (taksonomi tumbuhan), Matematika (Trigonometri, Integral). Saya tidak bilang pelajaran itu tidak penting dipelajari, namun apakah beririsan dengan minat bakat anak kita? Kalau jawabannya tidak, lalu untuk apa? Semoga mengerti arah diskusi saya. Menurut saya, anak yang sudah ketahuan jatuh cinta kepada kuliner, akan lebih pas kalau mempelajari biologi di bidang hewan-hewan, tumbuhan, jamur yang aman dikonsumsi misalnya… mempelajari kimia di bidang unsur-unsur berbahaya yang tidak layak ada dalam makanan dan bagaimana mendeteksinya misalnya…. Mempelajari matematika tentang bagaimana menghitung takaran bumbu dalam masakannya misalnya…. Heuheuheu… gitu loh…
Buat orang tua modern dan kekinian yang mungkin gaulnya sudah internasional, saya urun rembug (ikut diskusi) sebaiknya tidak perlu cemas, takut apabila anaknya ada yang kurang berminat di akademik, tapi malah tertarik di bidang nonakademik seperti misalnya menari dan beladiri. Bapak dan Ibu teruslah mengawal perkembangan anak dengan menjaga agar anak tetap menjadi anak yang berbakti, anak yang dapat menghargai orang lain (sopan terhadap yang lebih tua, akrab terhadap yang seusia dan sayang terhadap yang lebih muda, mengerti betapa baiknya mengantri), syukur-syukur bapak dan ibu dapat menanamkan nilai religius dalam diri anak. Anak bapak dan ibu bukanlah anak yang boleh dititip-titipkan pada asisten rumah tangga, baby sitter, kakek atau nenek. Anak-anak Bapak dan Ibu adalah anugrah sekaligus ujian yang diberikan oleh Tuhan. Guru terbaik bagi anak-anak adalah orang tua sendiri, bukan bapak atau ibu lain yang ada di lembaga di luar rumah. Yang paling mengenal anak seharusnya orang tua sendiri kan?
No comments:
Post a Comment