Sering kita ucapkan elpiji. Elpiji ini bukan nama orang tapi sekumpulan huruf yang terdiri dari huruf L, P dan G. Mereka dituliskan bersama-sama membentuk singkatan LPG. Entah siapa yang memulai, singkatan LPG ini dibaca sebagai elpiji bukannya elpege. Bukannya kita orang Indonesia? Kalau orang Indonesia ya mestinya kita bacanya LPG bukan elpiji. Atau mungkin biar beraroma internasional kita baca elpiji? Hehehehe entahlah.
LPG sebetulnya atau aslinya kalau dipanjangkan akan dibaca liquified petroleum gas. Nah karena bingung atau mungkin takut kepanjangan atau takut kependekan, maka dipilihlah alternatif tengah yaitu elpiji itu tadi. Kalau dirujuk ke kamus, liquified petroleum gas ini bisa disinyalir sebagai gas hasil pengolahan minyak bumi yang telah dicairkan, we lah ternyata kalau di-Indonesiakan lebih panjang lagi. Maka dari itu tidak salah kalau ada rekan kita yang hobby makan keju berani mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka berbasa-basi. Loh kok tiba-tiba sampai ke sini. hahahaha.
Kembali lagi ke LPG alias elpiji, karena kalau bilang elpege, rasanya ndak enak, ndak nginternasional. Elpiji ini di Indonesia dirumahkan dalam tabung besi yang dicat biru atau hijau. Yang catnya biru biasanya nangkring di rumah bos-bos, kalau yang catnya hijau biasanya nangkring di pelapak-pelapak atau rumahnya buruh-buruh. Tapi gak usah sedih sob, mau yang rumahnya biru atau rumahnya hijau, si elpiji ini tetap sama, elpiji ini sama-sama pandai menyenangkan hati si empunya tabung. Elpiji pandai memasak, pandai memanaskan air buat mandi, buat nyabutin bulu ayam, buat bikin pomade, tapi mereka kompak gak bakal mau kalau disuruh ngerjain proyek las besi. hahahaha.
Mungkin sobat ingin bertanya, kok bisa sih elpiji ini mengerjakan proyek-proyek hot alias proyek-proyek yang membutuhkan energi panas? Lah ya bisa atuh sob, karena elpiji ini ternyata kumpulan molekul yang terdiri dari pasangan serasi, dua sejoli paling mesra propana dan butana. Propana adalah hidrokarbon dengan 3 atom C (karbon) dan 8 atom H (hidrogen), dan butana adalah hidrokarbon dengan 4 atom C dan 10 atom H. Propana dan butana dalam elpiji biasanya berkomposisi 3 banding 7, mereka ini sama-sama mudah terbakar oleh oksigen menghasilkan gas karbon dioksida, uap air dan sejumlah energi (kalau pembakarannya sempurna). Kalau pembakarannya tidak sempurna bisa menghasilkan kerak karbon dan gas karbon monoksida yang mematikan juga loh, awas. Nah sobatku yang baik budi lagi lembut hati, energi yang dihasilkan saat elpiji dibakar inilah yang mampu membantu kita memasak di dapur atau mengerjakan proyek hot lainnya.
Mungkin sobat-sobatnya aku bertanya-tanya, iki piye sih katanya dibakar tapi kok menghasilkan energi, bukannya pembakaran membutuhkan energi, ini kok malah menghasilkan energi? Bagus sobat, pertanyaan ini sulit sekali jawabannya, tapi sudah terjawab, Ketika kita membakar propana dan butana, kita memang membutuhkan kalor, bahasa sombongnya energi aktivasi, nah ketika energi aktivasi ini sudah dicapai, maka reaksi akan menghasilkan kalor yang ternyata jumlahnya lebih membludag dari kalor yang kita butuhkan untuk pembakaran, kalau kata profesor Dumbledore di seri Harry Potter, jenis reaksi ini disebut dengan reaksi eksotermis. Oke yuk kita lanjutkan bercandaan ini. Anggap saja kita membakar 4 kilogram elpiji. Energi hot yang akan kita peroleh dari pembakaran ini adalah 294.800 kilojoule. Energi panas sebesar ini bisa kita pakai untuk mendidihkan air 4,5 kilogram (yang butuh kalor pendidihan sebesar 1.500an kilojoule) sebanyak hampir 200 kali. Anggap saja efisiensi pembakaran elpiji hanya 70 persen, ya dapetlah 140 kali.
Nah begitulah sobat-sobatku kisah elpiji ini, semoga menginspirasi sobat semua dalam bergerak maju dengan dinamika dan akselerasi yang beraneka, bagaimana pun juga, mari kita tetap jaga agar Indonesia tetap Bhineka Tunggal Ika, Bersatu kita teguh, jangan sampai kita bercerai, kalau cerai rujuk lagi. Mikir sob mikir malah nyengir. Salam damai dari vhisncrow.
1 comment:
Wah menarik sekali pa kisah LPG nya
Post a Comment