Ada hal 'menakutkan' pada momentum pergantian kepala daerah di Indonesia. Hal-hal 'menakutkan' itu bisa diamati dari momen pencalonan kada dan wakada. Paslon kada dan wakada ini diusung oleh partai politik. Ketika masa kampanye juga banyak hal 'menakutkan' yang kita lihat, banyak kaos-kaos simpatisan berseliweran , banyak poster, baliho dan iklan media tentang pasangan kada dan wakada. Dan yang lebih 'menakutkan' lagi adalah ketika udah mendekati hari H pencoblosan, masing-masing paslon akan dipertemukan di sebuah acara TV untuk melakukan apa yang disebut 'debat pilkada' hahahaha. Kemudian hal 'menakutkan' lagi adalah adanya masa tenang setelah hari sudah dekat sekali dengan hari H pencoblosan.
Pengusulan paslon kada dan wakada yang diusung oleh partai politik, bagi saya merupakan hal yang 'menakutkan'. Partai politik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki persamaan pandangan dan langkah untuk mencapai cita-cita politik. Saya pesimistis, parpol akan bisa mewakili apa yang menjadi angan-angan rakyat. Kepala daerah dan wakilnya seperti dilahirkan dari partai politik, saya membayangkan kepala daerah dan wakilnya nanti malah lebih mengutamakan visi partai politiknya dan disetir oleh oknum berkepentingan. Siapa yang tidak takut mendengar kata oknum?
Kampanye pemilihan kepala daerah dan wakilnya dengan media kaos, twit war antarsimpatisan, poster-poster pinggir jalan, baliho di tempat strategis dan iklan di media massa saya anggap 'menakutkan' karena memiliki tingat destruktif yang lebih banyak daripada tingkat konstruktifnya. Untuk apa kaos-kaos dicetak dengan biaya tinggi hanya untuk memperkenalkan wajah-wajah yang belum familiar. Lalu kalau kita lihat lalu lintas lini masa media sosial, waduh, kita akan geleng-geleng kepala melihat twit war para simpatisan, sesama bangsa Indonesia kok tega-teganya saling hujat, saling menyalahkan, saling membuka keburukan? Jadi aslinya, bangsa ini tidak bersatu, hanya bersatu di lahir, tapi di batin kocar-kacir. Poster dan baliho yang berserakan di jalanan juga tidak sedap dipandang, bahkan ada yang mengganggu pejalan kaki, hehehe.
Lalu entah kenapa, kata-kata debat pilkada itu sangat 'menakutkan'. Mohon maaf, debat blas ga ada manfaatnya, debat tidak menyelesaikan masalah dan mengurangi ketidakteraturan, debat hanya seputar syahwat aku menang kamu kalah, aku bagus kamu jelek, aku pinter kamu bodo, aku berpengalaman kamu bau kencur begitu seterusnya. Intinya debat hanyalah skill semu seorang yang akan maju menjadi kada dan wakada. Debat lebih banyak memperlihatkan kemampuan speak seseorang daripada kemampuan yang sesungguhnya, alih-alih kemampuan yang sudah diterapkan dalam kehidupan nyata para paslon, iya kan?
Kemudian kita memasuki masa tenang. Masa tenang dipergunakan untuk tidak lagi membahas tetek bengek tentang pilkada yang akan diselenggarakan. Masyarakat diminta menjaga suhu politik agar kondusif. Ini mengindikasikan bahwa iklim politik sebelum masa tenang adalah iklim yang jelek, iklim yang menyakiti dan iklim yang menakutkan. Logika sehatnya kan, sepanjang masa harusnya iklim politik itu ya adem ayem.
Nah ini dia tulisan saya tentang pilkada Indonesia, semoga menjadi bahan tertawa di dunia ini. Dunia ini panggung sandiwara, ada aktor yang protagonis dan ada aktor yang antagonis. Masing-masing diri kita adalah aktor yang bebas memilih ingin menjadi antagonis atau protagonis. Antagonis dan protagonis akan beriringan seperti rel kereta api. Selamat menjalani hidup di dunia kawan!
No comments:
Post a Comment