Oksigen Sensor, dan Apa Fungsinya?
Oksigen sensor mengukur jumlah oksigen dalam gas buang dan mengirim signal ke ECU. ECU akan memonitor signal tersebut dan kemudian akan mengatur jumlah bahan bakar yang akan disetor ke dalam mesin agar AFR tetap mendekati 'stoikiometris’. Sehingga oksigen sensor ini berperan dalam mengoptimalkan performa mesin dan efisiensi bahan bakar serta meminimalisir polusi. Jumlah oksigen yang tinggi dalam gas buang menandakan bahwa campuran ‘lean’, campuran lean akan mempengaruhi performa dan menimbulkan masalah seperti ngelitik, gagal pembakaran dan kerusakan mesin. Oksigen yang sedikit menandakan bahwa campuran ‘rich’, sehingga akibatnya gas buang tidak ramah lingkungan dan mesin menjadi boros.
Jumlah sensor oksigen bergantung pada pembuat mobil, model dan terutama kapasitas dan jenis mesin mosil. Sensor oksigen bergantung juga pada tipe OBD sensornya, OBD-I atau OBD-II. Kebanyakan mobil mesin 4 silinder memiliki dua sensor oksigen . Satu diletakkan di manifol knalpot sebelum konverter katalitik, dan satunya lagi diletakkan setelah konverter katalitik di pipa knalpot. Pada mesin V6 atau V8, ada empat sensor oksigen, dua sensor dipasang sebelum konverter pada masing-masing bank silinder dan dua yang lain masing-masing dipasang setelah OBD-II pada konverter katalitik.
Cara Kerja Sensor Oksigen Gimana Sih??
Sensor oksigen terpasang sedemikian sehingga salah satu permukaannya kontak dengan gas buang dan permukaan lainnya kontak dengan udara luar. Sensor oksigen tidak mengukur konsentrasi gas oksigen pada gas buang, tapi mengukur perbedaan jumlah oksigen yang ada dalam gas buang dengan yang ada di udara luar. Berdasar jumlah oksigen yang ada dalam gas buang, oksigen sensor akan mengirim signal berupa voltage listrik yang dijamin konstant ke ECU, sehingga ECU dapat menjaga tingkat stoikiometris dengan cara mengatur pulsa bahan bakar yang akan diinjeksikan ke ruang pembakaran.
Sensor Oksigen Upstream dan Downstream?
Sensor oksigen upstream dipasang sebelum konverter katalitik. Sensor upstream ini dapat dipasang di manifol knalpot atau di dalam pipa knalpot dekat manifol. Tugas utama sensor oksigen upstream ini adalah untuk mengoptimalkan AFR yang akan masuk ke mesin. Sensor oksigen upstream ini bisa satu atau dua jumlahnya, tergantung pada jumlah silinder. Sensor oksigen upstream memantau gas oksigen dalam gas buang dan menjamin signal ke ECU agar ketahuan AFRnya lean atau rich. Saat level oksigen di dalam gas buang tinggi, ECU akan membaca bahwa AFR saat itu ‘lean’, sehingga ECU akan menambah pasokan bahan bakar ke dalam mesin. Begitu pula sebaliknya.
Sensor oksigen downstream ditempatkan pada pipa knalpot dengan posisi setelah konverter katalitik. Tugas sensor oksigen downstream adalah untuk memantau kinerja dan efisiensi konverter katalitik. Jumlah sensor oksigen downstream ini bisa satu atau dua bergantung jumlah silinder.
ECU akan membandingkan signal dari sensor oksigen upstream dan downstream. Kalau konverter katalitik masih berkinerja baik, jumlah oksigen yang sudah melewati konverter katalitik memiliki angka tertentu yang konstant. Kalau signal yang melewati sensor oksigen downstream tidak konstant, artinya konverter katalitik kita sudah rusak, kemudian ECU akan menyalakan indikator lampu CHECK ENGINE di panel dashboard.
Kenapa Saya Harus Mengganti Sensor Oksigen di Mobil Saya dan Seberapa Sering Saya Harus Ganti?
Sensor oksigen memerankan fungsi yang penting dalam kinerja dan efisiensi mesin. Kalau sensor oksigen tidak bekerja dengan baik, maka kinerja dan efisiensi mesin pun akan memburuk yang pastinya akan membuat mobil kita gak enak buat dikendarai. Dengan demikian, penting banget untuk merawat sensor oksigen agar kendaraan kita awet dan performanya OK punya. Setiap kendaraan memiliki perbedaan mengenai rekomendasi musti seberapa sering kita mengganti sensor oksigen. Hal ini bisa dimaklumi mengingat perbedaan terminologi jarak tempuh dan gaya mengemudikan kendaraan kita dalam keseharian. Tapi walau ga jelas gitu, kita dikasih saran buat ngecek kondisi sensor O2 dalam rentang waktu tertentu, perubahan musim diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi komposisi udara yang masuk ke dalam pembakaran juga.
Bagaimana Kita Mengetahui Sensor Oksigen Kita Sudah Usang?
Yah itu dia yang bikin bad trip, tidak ada ciri-ciri tertentu yang memberitau kita kalau sensor O2 kita dalam keadaan rusak. Salah satu kasus akibat rusak sensor O2 adalah konsumsi bbm jadi boros atau performa mesin drop. Jadi kita disarankan juga buat ngecek kondisi sensor O2 kita saat mengetahui kok tiba-tiba kendaraan kita loyo. Dan kode-kode lain yang bisa dijadiin alasan buat ngecek sensor oksigen adalah emisi gas buang yang jelek, suara mesin yang berisik (kasar) ketika langsam dan jalan.
Ini yang membuat sensor oksigen kita rusak brad!
- Pemakaian sealer silikon gasket yang salah.
- Rembesan oli di daerah outer (deket-deket O2 sensor yah).
- Pemakaian antibeku.
- Membiarkan AFR dalam kondisi ‘rich’ di waktu yang lama.
- Faktor umur teknis dan goncangan dahsyat.